5000

Kenikmatan itu subjektifitas yang bisa diatur oleh empunya rasa. Olah rasa sama pentingnya dengan olah raga. Hidup yang maha bebas ini, kadang dikekang sendiri oleh yang menjalani hidup.

Kali ini perihal kopi. Kemarin di Bandung, saya nenteng-nenteng segelas plastik di cup plastik 2x. Saya nginep di Grand Asrilia daerah Buah Batu. Sekelilingnya coffee shop mantep-mantep. Saya sebetulnya agak tergoda untuk ngopi di warkop-warkop modern itu.

Pertama, saya kena macet agak panjang di perempatan buah batu. Ternyata ada pedagang kopi asongan, saya beli 1 cup. Pedagangnya nyeduh kopi sambil sedikit jalan mengikuti mobil yang merayap maju pelan-pelan. 5000ku tandas untuk segelas kopi yang tidak jadi diminum karena lampu sudah hijau. Habislah ia di parkiran hotel, sesampainya ogut disana.

Kemudian, tepat di depan hotel ada warung. Di Bandung, warung-warung kelontong kecil saya amati ada kompornya. Beda dengan di Jogja. Jadi bisa beli kopi panas dan indomie yang sdh masak. Saya beli 1 cup. 5000 lagi tandas. Ah enaknya rasa kopi kapal api manis ini. Saya habiskan di lobi hotel.

Dua hari berturut-turut saya berhasil mengarahkan selera saya ke warung. Tidak perlu beli kopi-kopi “mahal”, meskipun dikelilingi dengan massal.

Hari ini, Senin yang longweekend, rasanya pingin ngopi. Saya coba uji lagi “rasa” diri. Mulai melewati Jalan Pandu Raya yang punya ribuan coffee shop. Masuk ke arah lapangan Kresna, mulai tergoda untuk berhenti di Prolog Kopi sebelah lapangan. Namun, rasa tertambat lagi ke warung kelontong kecil sebelah Lapangan Kresna. 5000 tandas lagi untuk secangkir Kopi Liong manis.

Sorenya, saat sambil menulis tulisan ini, saya lagi ngopi liong di rumah. Satu bungkus kecil Kopi Liong kalau untuk porsi saya bisa jadi 4x seduh kayaknya. 2000/sachet. Artinya kopiku harganya 500. Mindblowing. Kenikmatan hidup bisa semurah itu.

Semua paragraf diatas mungkin gapenting untuk kalian. Buat saya sangat penting. Hidup yang saya jalani saya usahakan untuk selalu memamerkan kesederhanaan dan menjalani hidup dengan mudah, murah, dan simple. Pagi tadi, sambil ngobrol dengan istri, masih bertanya-tanya apakah DNA saya memang beda. Saat semua orang mencitrakan dirinya keren dan berhasil, saya selalu ingin dicap gagal, tak prospek, dan yang jelek-jelek lain.

Sebelum kalian sepelekan, saya sudah menyepelekan diriku sendiri. Sebelum dijatuhkan saya sudah secara sukarela ndlosor sendiri.

Macam apa lagi yang berani kau mainkan didepan Tuhan yang MahaTau?

Sebagai simplifikasi hidup, saya bagikan kata-kata saya pada beberapa mahasiswa di Bandung kemarin: Saya punya kiat untuk mengerjakan ujian. Kiatnya dikerjakan. Sudah.

Bogor, 16 September 2024

Nihan Lanisy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *