Khotbah jumat barusan membuat saya ketiduran, biasanya gitu-gitu aja. Walaupun kalau pas momennya pas, ga kerasa gitu-gitu aja khotbah jumat itu. Cuma masih posisi saya jelas, khotbah terlalu lama tanda khotibnya kurang mampu dalam menyajikan essential oil, para pendengar malah dikasih minyak jelantah yang digoreng berulang-ulang tanpa memperhatikan yang diceramahi lagi pada tidur.
Sebelum jumatan, khotbah lain justru kudapati. Aku baru tau kalau ada profesi tertentu yang dekat denganku atas nama SOP dan keduniawian ini membuat seseorang tidak bisa jumatan. Kisah-kisah awalnya dulu aku temui langsung dari supir yang mengantarkan majikannya. Majikannya tidak beragama Islam, menyuruh sang sopir untuk segera kembali, padahal sang sopir baru aja berangkat ke masjid sama saya. “Jumatannya nanti bisa kan?”, dengar saya di ujung telefon. It’s okay, memang tidak semua orang paham jumatan dan islam. Dan memang saling memahami harus dipupuk pelan sampai nanti lebat buah dan bunganya.
Kembali ke laptop, siang ini aku dapat cerita tentang satpam yang harus gantian jumatannya. Minggu ini jumatan artinya minggu depan tidak jumatan. Gantian menjaga pos penjagaan. Mengkaji islam yang model begini tidak bisa dengan kesaklekan dan tradisional. Ada elemen-elemen yang menarik untuk dicermati.
Sebetulnya aku tak mau terlalu mengomentari terkait SOP dll, itu urusan perusahaan dan yang diusahakan. Namun aku merasa hari ini jumatanku lebih fresh. Bahwasanya ada banyak orang diluar sana yang mau jumatan aja susah.
Seharusnya aku bersyukur. Entah kenapa malah mengeluh tentang khotib jumatan. Ah.
Pondok Cabe, 30 Agustus 2024
Nihan Lanisy
Leave a Reply