Bedah Buku Puisi Debarbuk

Foto oleh Cila

Untuk apa kita berpuisi? Hidup sangat nyata didepan mata, sempat-sempatnya kita masuk kata-kata yang lebih banyak sapanyana.

Tapi semalam, kami dan yang menonton berkumpul untuk dibedah buku puisi kami. Om Bagus Warung Sastra membedah dengan asik, satu-per-satu dikuliti.

Percaya ga? Kalau kita tau konteks dan cerita dibalik suatu puisi, rasanya beda. Kata-kata bagai biasa saja tanpa sang penulis cerita tentang kematian kakaknya yang melatarbelakangi ceritanya. Bagaimana 5 puisi ditulis dengan dominasi latar belakang tentang keluarga dan anak, dan perlawananan yang jadi tema utama pada beberapa puisi.

Puisi, dalam hemat saya, adalah cermin hati. Ruang bebas, yang benar-benar bebas, dimana kita boleh ungkapkan apapun dengan cara apapun dan bagaimanapun. Pembaca tidak wajib kita buat paham, ini bukan buku teks perkuliahan. Tapi, saya rasa pasti ada di hati kecil para penulis puisi untuk bisa dipahami. Rasa yang dibagi, ingin juga bisa dipahami, mungkin jadi mempengaruhi, atau bermanfaat jadi seperti padi.

Saya ucapkan selamat untuk Mas Richardus Aditya, Iradat Ungkai, Swadesta Aria Wasesa, Asyam Ashari, Aditya Danudja, Hanni Prameswari Erlindawati, Nudiya Muntaza, Priscilla Ziona Huwae, RR Surya Haninditya, Yusuf Nofantoro, dan Zainal “Je” Arifin atas terbitnya buku kita.

Bukunya bisa dibeli, dengan DM IG @debarbaryk ya. 63k, kalo masih ada stok. Kemarin sisa stok tipis banget, best seller gramedia haha

Masyarakat yang madani seharusnya punya waktu untuk bersantai, berkeluarga, dan berpuisi. Visi Indonesia 2900 M.

Yogyakarta, 4 Nov 24

Nihan Lanisy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *