Lama Tidak Menulis

Sebetulnya bukannya tidak menulis, tapi tidak menuliskan dan mempublikasikan di website ini.

Saya pingin cerita tentang tulis menulis.

Seorang rekan, mengaku membaca tulisan saya di blog kantor. Sebelum mendaftar menjadi pegawai di kantor saya, dia mencari referensi dan menemukan blog saya. Dari tulisan-tulisan itu, dia menyimpulkan bahwa kerjanya santai soalnya masih sempat nulis blog. Belum tau saja kalau nulis blog itu disempat-sempatin wkwk.

Cerita lain, ada teman saya beli buku saya. Eh, temannya teman saya pinjam dan membacanya. Terus menangis. Teringat akan ayahnya.

Ada beberapa tulisan saya yang memancing diskusi di japri saya. Saat topiknya menyentuh atau kontroverisal, tulisan jadi bertanggapan. Namun lebih banyak tulisan yang tidak mendapat umpan balik. Tidak apa-apa.

Menulis adalah kerja kebudayaan, atau saya lebih senang menyebutnya salah satu cara beribadah. Dengan tulisan-tulisan kita, kita menjadi sejarah. Masa sejarah dimulai saat ada tulisan, begini ungkap sejarawan (mungkin).

Menulis bukan berniat untuk menjadi abadi, sebab idepun akan usang, sama halnya dengan tulang belulang yang ditinggal dagingnya nanti. Saya lebih percaya dengan energi.

Setiap tulisan punya energinya. Ini tentu akan berbeda, saat seseorang menulis advertorial atau tulisan pesanan dengan menuliskan hatinya. Dari nurani diadaptasi menjadi teks. Ada getaran yang berbeda.

Energi itu abadi, cuma berubah-ubah bentuk saja.

Jadi, kenapa tidak menulis? Ada yang bilang menulis itu sulit. Bagi saya tak pernah sulit. Yang sulit itu kalau menulis tapi memikirkan “apa ya nanti kata orang?”.

Ada lagi satu tulisan yang untuk saya sulit. Tulisan akademis, dimana kita tak bisa berpuisi dan mengungkapkan kedalaman batin.

Bismillah, ini tulisan saya. Cuma gini-gini aja. Semoga bermanfaat.

Pondok Cabe, 23 Desember 2024
Nihan Lanisy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *