Nafas dan Tekanan

Coba perhatikan, kalau kita dalam tekanan nafas kita a) tidak teratur dan b) sering tidak bernafas. Ini berdasar pengamatan saya pada diri saya sendiri, yang terdekat tadi pagi ketika harus berangkat jam 05.50 padahal jam 06.00 bis saya berangkat. Kemarin juga begitu. Ada tekanan yang terasa, mungkin cuma dipikiran saja tapi pikiran itu terejawantahkan ke nafas. Ini yang terasa.

Mengendarai motor dengan mengebut, membutuhkan konsentrasi tinggi. Ketika berkonsentrasi, saya jadi nahan nafas dan tidak tarik-keluarkan nafas.

Sesampainya di tujuan, saya langsung tarik nafas dalam dan keluarkan pelan-pelan, seperti pada teknik nafas Buteyko. Dalam waktu beberapa menit, terasa ketenangan dan kedamaian. Namun tidak bisa sedamai kalau berangkat dari rumah lebih pagi dan enjoy di jalan pelan-pelan.

Hidup memang tak bisa lepas dari tekanan, namanya juga idup. Tapi bagaimana kita menyikapi tekanan itu adalah seni dari hidup. Tiap orang beda-beda, tapi amati saja nafas kita untuk permulaan.

Seperti apa nafas kita saat bekerja? Seperti apa nafas kita ketika kita marah? Seperti apa nafas kita ketika kita sangat santai?

Karena hidup, pada dasarnya bisa dipondasikan sebagai “masih bernafas”.

Satu hal lagi yang saya ingin bagi, pengalaman saya kalau kerja dengan cepat ternyata lebih cape daripada kerja lambat. Karena ketika kerja dengan cepat, ada nafas-nafas yang ditahan dan otot tegang. Mungkin memang wisdom: alon-alon, waton, kelakon adalah sebuah falsafah dimana pekerjaan selesai, meskipun pelan.

Pondok Cabe, 23 Januari 2025
Nihan Lanisy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *