Doa Orang Tua

Bismillah, tulisan ini nulisnya agak berat. Sudah 15 menit di bis menuju kantor, baru gerak 50 meter. Padahal ini sudah di jalan depan kantor, dikit lagi tapi masih panjang perjalanan.

Tonton video di atas ini, cerita Mas Agus Mulyadi tentang prosesnya dari orang miskin sekali sampai sempaknya sekarang merek Uniqlo. Dan kisah-kisah lain. Dari berangkat tadi, dari Jalan Sholeh Iskandar Bogor sampai Jalan Cabe Raya, sekitar 30km video ini belum selesai saya tonton. Untunglah. Untung di akhir-akhir ada pesan yang sangat nyessss.

“Ibuku solatnya kenceng”, kata Mas Agus. Ini kaitannya tentang hal-hal positif yang tak diinginkan dan tak dicitakan justru datang sendiri. Betapa andap dan betapa asor kalau seorang anak menyadari dan mengakui doa orang tuanya, yang dipanjatkan dalam sunyi-sunyi, adalah kunci bagi kehidupannya.

Saya mau melihatnya dari sisi saya sebagai orang tua, yang masih muda kwkw. Kami, saya dan istri, mungkin senantiasa mengira, apalagi di usia 30an awal ini, anak-anak perlu disuplai makanan bergizi, ilmu yang baik, adab-adab yang penting, et cetera. Tapi kami, mungkin lebih ke saya pribadi, pagi ini lupa bahwa doa kami dalam sunyinya siang dan malam, adalah senjata bagi mereka. Mungkin nanti jadi bazoka atau tank panzer untuk mereka menghadapi perang dan damai dunia.

Saat saya tulis ini, udah hampir 30 menit terkena macet yang sudah dua hari saya dan kami, secara kolektif sebagai anggota jemputan bis kantor, hadapi tepat di depan kantor. Suatu hal yang kalau dikeluhkan pastilah sah-sah saja, ben ra stress. Yang sudah hampir 3 tahun terakhir jadi concern saya, buang-buang waktu soalnya bermacet-macet ria.

Kemacetan itu, kelelahan kerja, kebosanan, dan apapun itu pada akhirnya juga adalah hasil dari doa orang tua kita. Saya ada dimanapun juga ada kegaiban doa yang menaungi. Hidup yang santai tentu selalu dicitakan tapi jika tuhan inginkan saya masuk ke kemacetan ini tiap hari, saya harus siap. Semua sebab berakibat.

Suwun Mas Beginu dan Mas Agus obrolannya pagi ini. Siap menghadapi selasa dengan mode pengabdian untuk membalas kebaikan orang tua, guru, keluarga, dan siapapun.

Golek sarapan six ndak seven.

Pondok Cabe, 30 Juli 2024

Nihan Lanisy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *