Inspirasi bisa hadir waktu ngapain aja, agak aneh emang, lagi duduk di depan TV tiba-tiba saya teringat pengalaman-pengalaman saya berhubungan dengan listrik yang mengalir ke tubuh. Ini juga yang mungkin mendasari saya lebih suka gitar klasik atau akustik yang tidak berlistrik. Pengalamannya agak musikal, yang gasuka musik boleh berhenti baca disini 🙂
Gitar listrik pertama saya mereknya Prince. Amplinya juga Prince, utk kelahiran 90an pasti tau ya ampli dan gitar ini khususon yang suka latian di studio kampung wkwk. Saya mencoba main gitar ini di kamar saya. Aman. Tapi kalau kaki saya menapak ke lantai, tangan saya rasanya ada aliran listriknya. Bukan yang mengejutkan, tapi terasa alirannya. Jadi kalau main gitar listrik saya harus bersila di atas kasur atau pakai sendal jepit. Lama-lama malas dan agak trauma, sebab walaupun kecil tapi listriknya mengganggu dan agak ada rasa takut.
Selanjutnya, Alun-Alun Magelang. Band SMA saya, Padzband, lolos lomba jingle Indomie. Waktu itu kompetisi ini bergengsi. Kami terjadwal main sore seingat saya, pas main pokoknya sudah gelap sekitar habis magrib. Sialnya, hujan turun cukup deras namun masih mungkin untuk pentas. Saya ingat lantai panggung basah waktu itu. Efek gitar saya taruh disitu. Ketika mulai pentas aman saja. Tapi lama-lama sepatu saya basah, termasuk kaos kakinya Kemudian saya merasakan listrik yang membuat saya sampai tak mampu menyentuh gitarnya. Rasanya sakit kalau dipegang senarnya. Malam itu kami tidak lolos untuk ke Jakarta, tapi saya bersyukur masih hidup.
Kali ketiga, saat latihan di studio teman. Bandnya masih sama dengan cerita di atas tapi sudah ganti nama jadi Koala. Kami latihan seperti biasa, waktu itu sering sekali kami ketemu dan latian. Anak band banget wkwk. Karena capek saya bersandar pada tembok sambil main gitar. Saat menggenggam gitar sambil berdiri, tiba-tiba tangan saya terlempar, seperti kesetrum hebat. Saya cukup kaget memproses keadaan itu. Saya cek ternyata ada list besi kecil di tembok itu, dan sepertinya dia mengalirkan listrik.
Alhamdulillah saya masih hidup dan bisa menuliskan ini. Kejadian kesetrum saat pentas merupakan hal yang kurang di dokumentasikan dan dipublikasikan, namun nyata adanya. Temannya teman saya sampai ada yang kena syarafnya karena kesetrum di panggung.
Semoga ini jadi perhatian dan kehati-hatian bagi kita semua. Listrik dan air, listrik dan groundingnya, dan lain-lain semoga semakin diperhatikan. Maka dari itu, saya paham kalau ada band besar, yang sudah jauh-jauh diundang dan dibayar mahal oleh panitia tapi menolak main karena hujan deras. Keselamatan lebih penting, karena bisa jadi itu jadi panggung terakhirnya. Dan tentu ini hak musisi dalam skala apapun (band besar ataupun kecil tak terkenal), kehidupan adalah hak semua manusia.
Saat ini, dan sudah puluhan tahun, saya tidak suka gitar listrik. Saya kurang tau alasannya sebetulnya, tapi bisa jadi karena hal-hal ini. Mungkin benar adanya trauma menubuh itu hadir dan menanti untuk dihadapi suatu hari.
Takutnya, saya jadi punya kemampuan lebih bisa celup-celup batu ke air jadi obat gara-gara kesetrumsetrum haha ytta
Bogor, 18 Januari 2025
Nihan Lanisy
Leave a Reply