Semalam saya cari-cari supervisor (lagi), ada satu topik yang menarik yang pernah saya baca yaitu Shinrin-Yoku atau Forest Bathing atau mandi di hutan bukan pake air maksudnya tapi. Penelitinya menulis buku yang dibaca banyak orang umum, namanya setelah saya cari lagi adalah Dr. Qing Li.
Dulu waktu saya baca, saya ingat kalau penelitiannya di danai pemerintah Jepan, kalau tidak salah. Jadi tim peneliti ditugasi pemerintah untuk menggali konsep pengobatan alternatif yang memanfaatkan hutan. Akhirnya orang-orang diajak ke hutan dan diikur secara kuantitatif seperti tekanan darah, gula darah, dll. Ternyata hasilnya baik. Akhirnya terciptalah semacam panduan terkait Shinrin-Yoku serta standar hutan yang bisa digunakan untuk hal tersebut. Ini semua saya ringkas sesuai ingatan saya ya, kalau ada kesalahan mohon maaf,
Kembali ke laptop, akhirnya saya tau dari Deepseek kalau Dr. Qing Li sekarang Prof. Qing Li ber-homebase di Nippon Medical School. Saya merasa harapan saya dibimbing beliau akan pupus, salah satunya karena beliau ternyata lebih ke arah medical untuk bidang ilmunya. Saya kira di ilmu sosial. Walaupun sesungguhnya peluang selalu ada.
Saya memutuskan untuk melihat riset-riset dari kampus itu dan saya tercengang. Nomer 1 dan 2 di topik riset dari universitas itu sangat frontier: Cancer-sniffing dog dan Forest Medicine. Mereka meniliti anjing yang dapat mengendus kanker dan pengobatan terkait hutan.
Saya rasa, bagi negara maju, riset dijadikan sandaran untuk membuat inovasi yang akan membuat negaranya menjadi lebih kompetitiflagi. Sudah maju, tambah maju, bisa kejlungup. Saya yang awam ini, membayangkan bahwa proposal dari riset itu pasti kalau dihadapkan ke reviewer yang normatif dan belum punya pengalaman riset cutting-edge pasti dicoret anggarannya bahkan digagalkan proposalnya hehe #curhat
Tapi saya juga tertarik untuk mendalami bagaimana penulisan proposal untuk riset-riset aneh tersebut. Apakah itu murni karena ada political will atau dorongan dari pemerintah untuk mengkaji dan mengembangkan sesuatu yang baru? Atau karena proposalnya mengajukan hal yang tak masuk akal namun dengan penjelasan yang masuk akal?
Bagaimana ide itu dihargai dan didanai, seberapa aneh dan tak mungkinnya, bisa jadi adalah sebuah ukuran dimana disana ada kemungkinan untuk maju. Maka tak aneh jika WNI keluar dari negaranya karena tak mendapatkan dukungan yang semestinya didapatkan. Riset yang normatif dan terkesan “harus berhasil dan berdampak” tentu tak akan kemana-mana. Ya, paling tidak menggugurkan Beban Kerja Dosen saja hehe.
Masih terheran-heran dengan judul-judul riset di luar sono. Sebetulnya kita bisa juga sih tapi belum mau kesana. In my opinion.
Jikalau kau mau membaca disini https://www.mdpi.com/2072-6694/12/11/3291
Bogor, 24 Januari 2025
Nihan Lanisy
Leave a Reply