Perihal Panas

Yang akan saya tulis dibawah adalah sebuah rahasia. Perlu kita pahami bersama, semakin sesuatu dirahasiakan, secara alami semakin kelihatan. Yawis, tak bocorke wae wkwk

Tubuh punya panasnya. Matahari juga memberi panas. Mendung yang tak hujan-hujan juga panas, sumuk. Kemarahan panas. Neraka panas. Jahe dan atau kayu manis juga panas.

Semua panas, bertemu dengan dingin. Mereka berdialog, gelut dan damai pada waktu yang sama.

Saya kasih studi kasus saja, supaya ndak terlalu ndakik-ndakik. Badan saya masuk angin, atau lebih detilnya badan saya terasa kedinginan. Apa yang harus dilakukan? Cari panas atau mempertahankan panas yang ada atau mentrigger panas. Gimana caranya?

Kalau sudah kedinginan, panas tubuh yang tersisa dikonservasi. Dengan pakai kaos kaki misalnya. Diminumin air anget, bukan mixue. Tidak duduk di angin-angin.

Foto saya di atas adalah prosesi sauna di warung bakmi jawa Pakde Sabar. Ruang makan pakde sempit dan super sumuk. Pakai kaos aja sudah keringeten. Saya lagi merasa kedinginan, akhirnya saya jaketin saja. Terlindung dari angin kipas angin yang membuat terasa dingin. Keringat mulai menetes dan menjadi sungai bahkan air terjun. Panas tubuh meningkat. Rasa tidak enak badan hilang, apalagi sambi kemringet makan mi rebus dengan kuah panas.

Kesadaran kita akan sekitar adalah sebuah bom nuklir. Kekuatannya dahsyat. Jangan benci keringat, sebab disitu ada obat. Jangan benci dingin, disitu ada maksudNya.

Ditulis di bawah naungan purnama yang menelan tidurku.

Bogor, 22 Juli 2024

Nihan Lanisy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *