Tangga Tak Kasat Mata

Pagi ini, sarapan nasi bakar cumi Pak Is sambil nonton video ini, random aja muncul di Youtube. Pak Is mungkin gatau kalau nasi bakarnya saya pakai makan siang sekalian, jadi pagi yang lumayan hemat. Rp 13.000 untuk 2x makan. Alhamdulillah. Pak Is sekarang jadi tau, kalau baca tulisan ini hehe. Makasih pak.

Kembali ke video di atas, si mbak dalam video cerita tentang pengalamannya ganti karir. Sebelumnya sudah berpengalaman di bidang HR/SDM, terus pindah ke bidang baru. Mulai dari 0, jadi idiot lagi.

Dia menjabarkan ada tahapan a) berani loncat dari tebing, b) jatuh kesakitan dan menanggung konsekuensinya, c) jadi professional idiot untuk belajar, d) sampai di puncak dan menceritakan menyedihkannya puncak.

Dalam meninjau kehidupan, kadang pikiran kita sempit, kita kira hidup itu tangga. Saat ini di bawah, besok di atas. Padahal hidup ini roda, mutar-muter terus. Ataupun tangga, tapi tangganya ada banyak bukan cuma satu dan habis dari puncak ada tangga turun lagi yang bisa jadi terpaksa harus kita turuni.

Dari video ini ada beberapa hal yang saya resapi:

  1. Jangan takut jadi orang bodoh. Kalau ada yang mau ditanyakan, tanyakan saja meskipun pertanyaan itu terlihat bodoh. Tidak ada yang bodoh di dunia ini, dan doi bilang “semua orang senang jadi guru, karena membuat dirinya terasa cerdas”.
  2. Kalau tidak berani ambil resiko (seperti ganti karir) kita tak akan pernah lihat potensi kita sebenarnya. Dan pekerjaan-pekerjaan baru menanti.
  3. Ada banyak tangga di dunia ini. Dan banyak orang yang sudah ditangga paling atas merasa miserable dan akhirnya mencari tangga-tangga baru lain, untuk menjadi merasa bodoh, rendah, dan bermanfaat lagi

Hidup-hidupilah hidup. Pekerjaan adalah sebagian dari diri kita, bukan kesemestaan kita. Tentu seluruh tanggung jawab harus diselesaikan, namun manusia adalah makhluk multi tanggung jawab: keluarga, pekerjaan, tetangga, kebun, kamar mandi, dan yang sering terlupa adalah diri sendiri.

Sehat berkah selalu. Sebab hidup terlalu sempit dengan membandingkan tabungan, rumah, aset, dll. Al-A’raf mengajarkan tentang timbangan baik dan buruk, yang mana beruntunglah orang yang timbangan baiknya lebih berat dari pada timbangan buruknya, kelak dimasanya.

Pondok Cabe, 20 Januari 2025
Nihan Lanisy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *