Saya adalah penulis freestyle yang handal, menurut standar saya sendiri. Namun, kalau sudah di hadapkan dengan penulisan ilmiah saya akan “tiba-tiba dongo”.
Dunia rasanya berat. Pikiran rasanya macet. Biasanya kalau sudah terkait dengan penulisan yang ilmiah-ilmiah, karya-karya seni saya akan semakin banyak dan cepat dalam produksinya. Sebagai pelarian, yang menyenangkan.
Sebagai penenang, saya pernah nonton 2 Profesor UGM cerita tentang pengalamannya dalam penulisan ilmiah. Kalau tidak salah, kedua profesor tersebut bahkan tidak pernah publikasi artikel jurnal ilmiah sebelum masuk ke ranah pendidikan S3. Betapa damainya jaman dulu, tidak banyak tuntutan.
Sebagai dosen jaman sekarang, tiap semester harus publikasi minimal 1. Tentu untuk standar dosen yang mungkin “senang” dalam menulis ilmiah dan bisa fokus meneliti dan menulis, hal ini akan menjadi sungai yang mengalir saja. Kebetulan, bagi saya, pekerjaan saya banyak yang sifatnya gangguan atas konsentrasi menulis dan berpikir.
Namun, saya sebenarnya tidak mau banyak mengeluh. Sebab, beberapa rekan dan profesor juga saya dengar bahwa dalam menulis memang harus “meluangkan waktu” atau “time blocking”. Masalahnya, masih terkait dengan artikel saya yang berjudul “Istirahat”, hal ini agak sulit.
Kalau 9to5 sudah kerja, terus mau timeblock lagi untuk menulis, maka saya pikir kapan waktu untuk keluarga, kapan waktu untuk rileks, kapan waktu untuk inainu. Waktu tampaknya jadi hal yang sangat mahal.
Saya sudah dengar beberapa orang punya kebiasaan menulis saat subuh. Sudah saya coba, tapi masih belum bisa. Ya Allah, sebenernya kapan waktu yang tepat untuk saya menulis? Ataukah memang Kau sedang mempermainkanku saja?
Keyakinanku cuma satu. Aku belum saja. Sabar.
Pondok Cabe, 7 Oktober 2022
Nihan Lanisy
Leave a Reply