masyarakat antitrust

Sebuah kata yang mencuat dari budaya mayoritas kita (yg saya rasakan dalam konteks keindonesiaan) adalah anti-trust. Seperti ketakutan kita saat asesor akreditasi akan datang meneliti program studi kita, konfirmasi yang dilakukan menekan, penuh stres, dan banyak menyalahkan. Tapi sebetulnya tidak juga, assesment BAN-PT yang pertama kali saya ikuti dengan asesor Pak Maman dari NHI Bandung, ada kalimat yang mencuat “saya disini untuk membina, bukan membinasakan”, sebuah wisdom yang keluar dari seorang dosen senior yang melahirkan asesor-asesor muda juga, dengan kebijaksanaan dan style yang beda-beda.

Kembali lagi, ini betul-betul terasa, ketika saya jadi dosen merasa mahasiswa serba salah. Semuanya terasa dan terlihat salah. Ada rasa tidak percaya dengan jawaban dan kemampuan mahasiswa. Antitrust selalu hadir.

Di layanan pemerintahan sangat terasa kental, banyak sekali dokumen-dokumen kurang yang harus dilengkapi namun tidak dituliskan di awal yang harus dibawa apa saja. Sekarang, 2025, sudah jauh lebih baik, layanan banyak yang dipermudah dengan syarat-syarat yang ditulis lengkap. Tapi satu dua sisi masih banyak yang belum sesuai.

Pagi ini, Prof. Daryono menjelaskan tentang akreditasi ACQUIN, sebuah badan akreditasi institusi/program studi perguruan tinggi dari Austria, yang dalam waktu dekat akan menilai kami. Basisnya adalah TRUST, untuk mostly atau kebanyakan badan akreditasi internasional. dan ada KESEPAKATAN tentang apa dan bagaimana yang akan diasses, bukan top-down tapi ada diskusi dan penjelasan yang jelas. Targetnya bukan menggagalkan, tapi sama-sama enak dengan konteks tidak harus boong-boongan.

Dengan segala kemudahan online, ada yang minta wajib offline. Ini salah satu karakter “kalau bisa susah, kenapa di permudah”. Sama-sama kita keluhkan dan semoga kita semua ingat bahwa kita boleh jadi orang yang melakukan apapun berdasar TRUST. tidak harus jadi orang eropa dulu, atau amerika dulu, kita bisa jadi orang Indonesia yang masih percaya dengan bagaimana dunia ini bekerja, cape lho jadi orang yang selalu negatif dalam berpikir dan mencari celah kesalahan serta menyalah-nyalahkan terus.

Semoga ada perubahan, meskipun bukan saya yang merubah. Semau perubahan datang dari dalam diri. Niat adalah titik awal perubahan, meskipun masih jauh batang dari arang, niatnya sudah hadir secara penuh.

Jika kita memang menjunjung tinggi kebohongan selalu, kebenaran akan selalu ada di sungai bawah tanah yang mengalir dan berjumpa lagi di titik sembur di lautnya.

Pondok Cabe, 1 Juli 202
Nihan Lanisy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *