
Sejuta masalah di dunia bisa selesai disini. Ngopi, makan, cuci piring, menata piring, menggosok kompor, restock kopi, belanja gula, dsb. Dari satu foto ini, ada milyaraan kegiatan mikro yang membuat kita sibuk tidak jadi berantem, berdebat, dan segalanya. Terlalu banyak pekerjaan, membuat kita lupa akan keributan lain.
Pantry adalah tempat lahirnya kebudayaan. Tanpa makan-minum, budaya tak tumbuh sebab lapar dan haus. Kemarin beberapa hari kopi disini habis, akhirnya terjadi penjajahan ke pantry lain. Kasusnya sama, ketika mie instan disini habis, penjajahan dan eksplorasi ala Spanyol terjadi ke pantry-pantry lain. Kerakusan bisa muncul di peringkat kedua, yang pertama adalah kebutuhan untuk mendapatkan sumber dayanya.

Kopi sudah direstock hari ini. Tapi hari ini gulanya habis. Besok air galonnya. Mungkin lusa, gasnya habis.
Dari pantry ini, kita belajar bahwa hidup tak pernah sempurna. Yang ada adalah bagaimana kita beradaptasi dengan semuanya. Buku “Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring” belum saya beli dan baca, tapi mengalami pantry sudah menghilangkan kesedihanku. Free the unfree. Everyone must be free, minimal sale atau diskon lah kalau belum free. Pejah gesang nderek Trump, kata para pendukungnya di prapatan Washington Disi.
Kawan-kawanku, sebagai motivator yang terdemotivasi, mari kita kurangi mengeluh ya. Kecuali kalau mengeluh membuat rekening kita tiba-tiba terisi duit, seluruh wishlist Tokopedia terbeli, dan bunyi token PLN berhenti berbunyi. Mengeluh boleh saja, asal ada gunanya.
Kata-kata hari ini (silahkan di screenshot di Status WA atau IG hihi): Dari purnama sampai mati, ia tak mau muncul di siang hari. Pada waktunya, pada gunanya.
Pondok Cabe, 3 Juli 2025
Nihan Lanisy
Leave a Reply