Bicara dengan yang Tak Bicara

Dalam perjalanan ke kantor kemarin, sebuah kalimat mampir di alam pikirku

“Dan kau dapati aku bicara dengan air, angin, dan segala yang tak terbayangkan”

Biasanya kalau ada ilham (sori mas ilham, dicatut namanya disini), outputnya bisa ke lirik lagu, gambar-gambar, atau sesederhana pura-pura puisi-puisian. Tapi kali ini saya ingin mengejawantahkan ide itu ke dalam sebuah tulisan yang insyaallah pendek dan mungkin tidak bermakna bagi banyak orang, kecuali yang frekuensinya sudah sama-sama rendah. stay andap, stay asor.

Apakah rindu bisa dititip pada angin? Jangankan rindu, apapun bisa. Asal diizikan olehNya.

Air, sesederhana dalam bentuk mineralnya dan dalam warna seputih-putihnya, akan menjadi media yang sangat menarik untuk hal-hal tak terlihat. Pil-pil yang diminum memang bisa jadi obat bagi gejala-gejala sakit spesifik dan memvitaminkan badan, tapi bagi orang yang jauh dari “peradaban medis modern”, apa iya tidak boleh sehat? Air dimana-mana ada, angin dimana-mana ada, sinar matahari dimana-mana ada, semua orang berhak untuk sehat-bahagia, dan juga berhak untuk membuat dirinya sakit sendiri dengan cara-cara yang merusak diri.

Merefleksikan jalan macet yang tak pernah teurai dari Bogor sampai Pondok Cabe, logika memang punya keterbatasan. Saat sakit, coba kita bicara dengan sel-sel dalam tubuh kita, untuk menyapa-memberi semangat-memberi arahan-dansebagainya. Sakit memang adalah salah satu titik dimana kita diajak Tuhan untuk berpikir, kalau pas sehat, tak bisa dipungkiri hal-hal Ilahiah kadang memang diujikan untuk jauh dari kedekatan.

Ketika sakit, bersyukurlah, sama halnya dengan mensyukuri kesehatan. Sebab tak ada suatu kondisipun yang tak bermanfaat, tak berhikmah.

Bicara dengan hal-hal yang tak bisa bicara, tentu bukan maksud mengontrolnya. Manusia sudah kelewat gila kontrol, hari ini sakit-besok mau sembuh karena harus bekerja. Oh dunia ini, kelewat menggenggam kita. Dengan segala hutang budi dan hutang uang yang sering mengekang seperti benalu di pohon teh-teh-an.

Menghadapi hidup yang fluid ini, perlu diresapi bersama bahwa sungai tak pernah menjadi batu. Dan batu harus ada disungai supaya bisa diraftingi dengan seru. Apapun itu, kopi tak harus selalu diminum. Rokok boleh juga ditinggalkan tanpa indikasi dan kontra-indikasi.

Baju dukaku sudah kulepas. Aku mau berbahagia dan membuatmu sedih sehingga bahagia adalah suatu yang nanti akan kau temukan dalam kehampaan.

Tanpa syarat. Tanpa calo. Tanpa hakikat.

Bogor, 8 Juli 2023
Nihan Lanisy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *