kesadaran itu dilatih untuk hadir. pengetahuan, kesadaran, kesabaran, kemampuan, dst dst dst itu adalah hasil dari proses.
Senang sekali pagi ini dapat amplas hati dari video ini. Gunung Merapi perlu juga didekati dengan hati, bukan dengan teori dan teknolohi. Sejatinya ilmu itu untuk memudahkan dan menentramkan manusia. Dan sejatinya juga ilmu itu cuma menangkap yang sudah digelarkan olehNya.
Dalam mengembangkan ilmu, tentu badan juga berkembang karena sambil menyelam makan nasi padang dan snack yang banyak. Nanti kalau ada suatu penemuan, kodratnya aku akan berbondong-bondong meng”aku”kannya. Ini aku, bukan kamu, dia, atau mereka.
Rumus dan teori itu untuk memudahkan manusia dalam memahami. Membumikan Alquran, mungkin ini judul buku Pak Quraish Shihab milik bapakku yang kusimpan dilemariku. Manusia ini ada salah satu tugasnya membahasakan keabstrakan kehidupan jagad raya ini.
Seperti semalam, saya dan anak-anak mengkaji Alquran. Bukan mengaji dalam arti membaca, wong mereka belum bisa baca arabnya dan saya tidak insecure. Kami mencoba memahami. Dan dalam surat qulhu-qulhu di akhir buku itu, ada ayat pertama yang menyatakan sang pembaca mohon perlindungan kepada Allah. Dari apa? Dari banyak hal.
Qul adalah katakanlah. Syarri artinya kejahatan. Kami mencoba memahami kitab kami meski dengan sesederhana mampu kami, dan tidak bertujuan untuk linuwih dari yang lain. Insyaallah.
Kembali ke kesadaran, dalam perjalanan ke kantor, saya disapa banyak polutan. Masuk gerbang kantor, disapa banyak pohon. Saya hirup dalam-dalam, mohon pada Tuhan untuk dibersihkan. Kesegaran hadir, kesadaran sumir.
Pondok Cabe, 22 Agustus 2022
Nihan Lanisy
Leave a Reply