Haji itu hak siapapun, yang dipanggil oleh Allah. Begitu dalam pikir saya, terlebih ini yang ditanamkan oleh Bapak saya. “Yang penting niat dulu”, kata beliau yang pernah 2x haji tanpa membayar sendiri.
Tahun 2025 ini, saya rasa perlu untuk banyak berhemat, mengingat euforia dan foya-foya dunia ya gitu-gitu aja dan kalo tidak direm dari dalam akan remux kehidupan dunia ini. Saya berusaha mengurangi pengeluaran-pengeluaran yang seharusnya bisa tak dikeluarkan, mumpung baru awal tahun. Harapannya semoga bisa jadi habit baru, membuat habit baru tentu butuh upaya lebih.
Nonton di youtube ada beberapa video yang menarik, misalnya wawancara TV dengan seorang petani yang bisa haji setelah menabung rata-rata Rp 25.000 per hari selama 10 tahun. “Saya dulu merokok, terus berhenti. Ya uang rokok itu yang dijadikan tabungan”, kata beliau. Terus ada video-video Shorts yang kurang jelas (cuma cari viral aja) tapi menarik, tukang sayur yang bisa naik haji karena menabung Rp 35.000 setiap hari.
Saya pernah mencoba menabung di Blu (BCA Digital) yang punya pocket-pocket, saya tulis kantongnya dengan nama “Haji”. Sekarang statusnya kosong, karena malah dipakai keperluan lain hehe. Tapi tidak apa-apa, tidak boleh putus asa dari rahmatNya, itu bagian dari proses. Ada yang Maha Mengatur di dunia ini.
Daftar haji saja harus ada dana Rp 25.000.000-an satu orang, kalau saya mau sama istri saya ada Rp 50.000.000 yang harus disisihkan. Saya rasa ini mudah untuk direktur PT Kutus-Kutus yang sedang bersengketa, saya lihat di youtube kata Babe Bambang (penemu kutus-kutus) anaknya dulu sebagai direktur digaji Rp 55 juta sebulan. Bisa langsung daftar haji suami-istri kalau begitu hehe.
50 juta untuk daftar kemudian dapat antrian 20tahun-an di Indonesia, tampaknya haji sangat jauh dari jangkauan. Tapi tak ada yang jauh bagi Sang Pencipta.
Contoh niatan haji saya, saya manifestasikan dengan setiap hari berusaha membawa bekal, meski sesederhana dan “semenyedihkan” (menurut orang) hanya sedikit nasi dan abon/tempe/telur. Dengan rendah hati saya ucapkan, “maaf saya lagi nabung untuk berangkat haji tahun ini”. Ya walaupun ada elemen bercandanya, tapi saya percaya bercanda sama Gusti Allah punya banyak kesempatan untuk jadi kenyataan hehe.
Kalau dihitung-hitung, dari uang makan kantor yang bisa saya simpang kemarin karena bawa bekal adalah sekitar Rp 32.000. Berarti saya sudah melebihi pak tani dari Banten dan kurang 3ribu saja untuk menyamai tabungan harian tukang sayur di Shorts. Berarti saya bisa haji dong besok-besok 🙂 Amin.
Kalau ada yang baca tulisan ini terus mau menghajikan saya dan istri, supermonggo dan tidak akan ditolak ya haha #isengajadulu
Bogor, 5 Januari 2025
Nihan Lanisy
Leave a Reply