Setiap liat media massa, ada kebencian atau kecintaan yang timbul. Kalau lambung diasup makanan, pikir diasup informasi.
Citra bisa dibangun, apalagi dengan media sosial yang kita punya kendali dengan akun kita sendiri. Seperti tulisan ini, jangan sampai kalian mencitrakan diriku tau tentang media-mediaan ya. Aku taunya median, average, dan vlookup.
Senetral-netralnya media, yang menjadi penulis berita dan pengorganisir medianya adalah manusia. Manusia punya nurani dan punya tendensi, lebih dasarnya, manusia punya perut yang bisa lapar juga. Bisnis for-profit tentu akan mengejar profit, ini sudah fitrahnya. Jadi dimana ada yang bayar, disitu ada penawaran.
Sampai-sampai di warung soto langganan kami, membuat media propagandanya sendiri. Soto yang netral dan sangat general, menjadi sangat terpolarisasi dengan mulai masuk ke dunia politik.
“Mbak kalau saya ga ikut partai, boleh tetep pesen soto ga?”, tanyaku
“Boleh mas”
“Wah itu boong dong, katanya cuma menerima pesanan partai besar/kecil”
Hehe bercanda. Blog ini juga media, untuk menggiring opini ke gawang Edwin Van Der Saar. Saya ingin semua orang melihat media dengan bijak, karena menjelang musim politik ini semua media massa akan terasa gaduh, fitrahnya. Saling tuduh, saling serang, saling menyalahkan. Walaupun nanti juga reda lagi.
Kalau saya lebih suka ga baca aja. Daripada baca terus emosi, nyalah-nyalahi sesuatu atau seseorang, padahal saya ga kenal dan ga ada kaitannya.
Mending makan soto. Di warung sotonya ada koran, bisa kita baca. Waduh media lagi. Media itu apa sih sebenernya? Sampai akhir artikel kok aku tambah bingung. Ini bukan artikel informatif ya, ini artikel filosofis. Untuk mengajak berpikir bersama dalam menyikapi media yang sedang gemes-gemesnya beberapa bulan ke depan.
Pondok Cabe, 4 Desember 2023
Nihan Lanisy
Leave a Reply