Ada banyak warteg disekeliling rumah dan kantorku. Ada yang harganya MAHAL pake huruf kapital (untuk standar warteg), dan tentu lebih banyak yang terjangkau. Tapi kata terjangkau ini relatif ya, kalau yang beli orang dengan uang cash $ 1.000.000.000.000 tentu Rp 300.000 per piring adalah terjangkau. Alamak.

Yang mau saya tulis disini adalah Warteg Bu Rilah di Jalan Merica, Pondok Cabe. Rasanya Jawa, menurutku, cocok dengan lidahku yang New York. Kemarin sempat tutup lama, 1-2 bulan karena pulang kampung karena alasan keluarga. Saat ini sudah buka dan melayani masyarakat.

Kalau dosen ngomongin pengabdian masyarakat yang jauh dan kadang ndakik, Bu Rilah dan tim setiap hari melakukan pengabdian pada masyarakat. Bagaimana tidak? Makanan enak ada di dekat kita dan MURAH dengan huruf kapital.

Kalau saya pesan nasi 1, nasinya sebungkus besar banget, 2 kepal tangan saya kalau saya tidak salah kira-kira. Kalau nasi 1/2, saya akan dapat seporsi nasi 2x porsi saya. Alamak, sodakohnya keren.

Beberapa hari terakhir lagi sering beli makan disana. Pagi tadi, saya beli nasi 1, tempe 2, tahu 1, jengkol, sayur pare, dan sayur kecambah (ini apa ya namanya, kok tiba-tiba lupa pas nulis). Harganya 20ribu.

Kemarin saya beli, nasi 1, tempe 1, tahu 1, jengkol, dan terong balado, only 17k. Seandainya Bu Rilah dan tim tahu, saya makan itu untuk sarapan dan makan siang. Dua kali makan, jadinya sekali makan saya bisa cukup hemat mengeluarkan 8-10k saja.

Warteg macam ini ingin saya daftarkan nominasi nobel. Kalau nobel dunia tidak menerima, minimal Nobel Pondok Cabe deh. Kalo masih gaditerima, minimal Nobel Dihatiku. Supersuwun Bu Rilah dan tim, semoga dagangan selalu laris dan senantiasa sehat berkah.

Tidak lupa, saya mau mention juga Mama Bagas, warteg yang berlokasi tak jauh dari Bu Rilah, yang menyediakan pemesanan online via WA dan delivery ke kantor. Kenapa orang pada baik-baik ya, alhamdulillah. Sehat berkah selalu.

Semua pedagang semoga pada laris ya.

Pondok Cabe, 13 Oktober 2023
Nihan Lanisy