
Saat ini, saya sedang mencari pembimbing untuk studi S3 dan juga sekalian sama beasiswanya. Ada beberapa yang mau saya ceritakan, barangkali Anda juga sedang di proses yang sama dan bisa mendapat hikmah dari cerita-cerita bohong saya berikut hihi
Saya sudah 3-4 kali melakukan siklus pencarian supervisor, atau pembimbing S3. Kenapa saya rasa ini cukup mendesak? Bukan apa-apa, tes IELTS yang saya biayai sendiri (3jt lebih brok) akan expired di Desember 2025. Motivasinya ini dulu hehe.
Modalnya apa? Keberanian untuk menghubungi. Mau saya kasih tau rahasia? Saya tidak punya proposal, saya cuma punya ide. Apa yang saya cari? Saya cari calon pembimbing yang mau membahas idenya dari awal, yang bukan mau menerima proposal sudah jadi. Apakah ada? Ternyata dari 30 lebih email yang saya kirim, ada 2 yang mengajak saya Zoom dan ada 2 yang minta proposalnya. Sisanya a) tidak membalas, b) sudah penuh kapasitas bimbingannya, dan c) ada yang tidak menerima PhD dengan biaya sendiri (self-funded), harus dari projek kampusnya yang sekarang sedang tidak ada projeknya. Oya ada juga beberapa yang lagi dinas, email saya di balas auto-responder hehe.
Isi emailnya apa? Isinya cuma perkenalan, ide riset saya dalam satu paragraf, informasi skor IELTS dan CV yang ditautkan. Itu saja. Saya suka pake jalur-jalur yang orang tidak tempuh, banyak orang menasehati saya bahwa harus ada proposal yang diajukan untuk bisa dapat pembimbing. Mungkin memang benar, tapi coba ya kita lihat hasil proses saya seperti apa.
Semua proses ini mengingatkan saya pada pembimbing-pembimbing akademik saya. Prof. Amin Wibowo yang dulu memberi masukan pedas kurang lebih “ini paper apa referensinya, ora jelas” dan “workplace spirituality itu beda sama agama”. Serta Alm. Prof. Shellyana Junaedi yang di akhir hayatnya membimbing kami serta memingatkan “santai aja, semua orang punya waktunya masing-masing”.
Semua ini hanya usaha, tak perlu iri jika ada yang tiba-tiba dapat beasiswa atau kampus. tak perlu sedih jika banyak ditolak. Hidup sebenarnya tak masalah kalau tidak S3, cuma kebetulan saya kerja jadi dosen jadi sepertinya tampak wajib hehe. Namanya juga usaha, semua hasil dipasrahkan kepadaNya.
Mohon doanya juga ya untuk semua yang baca ini dan sedang di proses yang sama. Yang engga, juga minta doanya boleh deh, kalau ga cape aja kwwk. Tentu doaku selalu menyertai pembaca.
Semalam disindir sama YME, di salah satu ayatNya disebutkan bahwa orang mendekat saat sulit dan lupa saat bahagia. Proses cari sekolah bisa jadi tampaknya membuat doa makin khusyu’, berarti jika sudah dapat harusnya doanya tetap khusyu’. Tantangan untuk manusia.
Allah limitless, manusia not. Dari filosofi ini, kita berangkat menuntut ilmu sampai negeri mana aja. Setelah susah ada susah, cari sekolahnya susah, cari beasiswanya susah, lulusnya susah. Tapi semuanya bisa mudah kalau Allah permudah, manusia mah selalu negatip tingking. tingking wingki dipsi lalapo.
Pondok Cabe, 14 Februari 2025
Nihan Lanisy
Leave a Reply