Minggu lalu. alhamdulillah bisa silaturahmi ke rumah Mbak Dyah dan Mas Jerry, temanku pasangan suami istri yang dikarunia dengan kelebihan bipolar dan skizofrenia. Obrolan kami ngalor ngidul, panjang kali lebar.
Ada satu notes yang saya catat dalam catatan penelitian saya terkait accesible tourism: kebutuhan RUANG CEMAS di tempat-tempat wisata/keramaian untuk pemeluk, saya tidak mau menggunakan kata penderita, gangguan jiwa. Kecemasan merupakan trigger awal untuk yang lebih besar. Saya membayangkan temuan-temuan ini perlahan bisa masuk dalam kebijakan atau dalam kebijaksanaan kepariwisataan, untuk menjadikannya makin inklusif dan memperhatikan keperluan siapapun.
Seperti toilet untuk disabilitas, guiding block di trotoar, dan ruang laktasi; bukan tidak mungkin ruang cemas akan hadir di kemudian hari.
Supesuwun ilmu, insight, dan masukannya mas-mbak. Saya bukan apa-apa dan tak mau jadi apa-apa. Tapi pengetahuan ini harus kita sebarluaskan sepertinya.
Saat kita bisa melihat pemandangan yang indah, bisa jadi kita yang punya kewajiban untuk membuat teman yang tidak memandang untuk merasakan keindahanNya juga.
Pondok Cabe, 24 Juni 2024
Nihan Lanisy
Leave a Reply