Slow Tourism Pemilu 2024

Niatnya ngirit, akhirnya …..

Pukul 10.30 pagi. Pingin nostalgia jaman slow living, kami dari Bogor keluar di Cikampek dan menyusuri Pantura. Lebih lambat, lebih lama. Jalan lancar di 8 Februari itu.

Sempat berhenti di Indomaret sebelum Simpang Jomin dan terus menyusuri jalan dengan bahagia meskipun pukul 1 siang, panas-panasnya Pantura.

Sampai Indramayu, mampir dulu rumah teman, Susilo. Alhamdulillah senangnya bisa silaturahmi, kalau lewat tol sudah pasti bablas-bablas saja. Mampir juga kami ke komplek Pertamina Indramayu, yang ada kijangnya dan banyak ularnya katanya hihi

Lanjut perjalanan melewati kilang minyak di malam hari dengan pemandangan obor besar dari kilang. Kalau ga lewat Pantura, gabakal tau tempat itu. Jam menunjukan pukul 20.00 dan mobil masuk Kota Cirebon. 10jam baru sampe Cirebon, kalau lewat tol cuma 3 jam saja. Bayangkan slownya, wolesss.

Sampai Cirebon, ternyata sudah kelelahan. Menginaplah kami akhirnya di Ono’s Hotel, dekat dengan Stasiun Cirebon. Malam itu kami tak kuat lagi keliling Cirebon, tidur nyenyak. Hotelnya 375k/malam utk kelas superior, gede kamarnya. Hotelnya juga bagus rapi. Rekomended. Uang untuk tol Cikampek-Cirebon dst lumayan untuk mengkover biaya hotel hehehe #frugal

Bangun pagi, jalan-jalan ternyata ada bubur M.Toha yang ramenya alamak dari pagi. Terus menyusuri jalan M. Toha, yang konon kalau malam jadi destinasi streetfood pindahan pedagang2 yang tergusur dari jalan utama.

Nasi Jamblang jadi sarapan kami, sampai-sampai makanan hotel ndak kami claim hehe. Makan Blakutak, semacam cumi, yang enak dan ada tintanya. Tempenya pun kecil dan enak. Ternyata, semua Nasi Jamblang itu ambilnya di Desa Jamblang, jadi yang saya beli itu dari reseller hehe. Nasinya kecil dibungkus dengan daun jati. Nyamnyam. Makan berempat habis 50k-an.

Jalan-jalan ke Stasiun Cirebon kemudian, 1 menit dari hotel. Anak-anak senang karena film tourism, Adit Sopo Jarwo The Movie menjadikan stasiun ini masuk ke dalam scene dimana Adit ketinggalan kereta

Kami lanjut lagi dengan tujuan Semarang. Eh sampai Tegal sudah jam 12, dan pas lewat pantai, jadinya mampir deh. Kami putar balik untuk menuju pantai yang terlewati, Pantai Cemara Indah.

Jajan dan berenang, lanjut lagi. Karena kami datang pas jumatan, gaada petugas parkir dan retribusi, pas keluar kami tidak ditarik juga, alhamdulillah diskon.

Lanjut akhirnya sampai Pekalongan. Mampir ke teman lagi, Mbak Febri, di daerah yang ternyata banyak penjahit sarungnya. Cuma sebentar dan kami bergegas menuju destinasi selanjutnya: Semarang.

Karena sudah sore, kami masuk tol di Pekalongan. 1.5 jam kemudian sudah exit tol Krapyak. Menginaplah semalam kami di Semarang. Alhamdulillah bisa ketemu Bapak dan Ibu di Semarang.

Kemudian, besok siangnya, lanjut lagi ke arah Jogja. Masuk tol Krapyak dan keluar Bawen. Untuk apa? Untuk makan Ayam Bu Toha di daerah Tuntang. Rumah makan ini langganan keluarga istri saya setiap mudik dulu (jaman belum ada tol).

Sayangnya, Bu Toha penuh. Tapi ada 2 warung disamping-sampingnya, masih 1 komplek. “Putra Bu Toha”, kami makan di situ. Rasanya sama enaknya, kata istri saya. 25k nasi ayam. 29k nasi ayam minum. Pingin rasanya punya warung makan yang kedepannya ada warung “Anak Pak Nihan” dan “Cucu Pak Nihan”.

Lanjut ke Jogja menyusuri jalan non-tol. Salatiga-Boyolali. Nah pas sampai Klaten, itu hari Sabtu, kami tidak diarahkan ke Jatinom tapi lewat Tulung. Kami masuk ke tempat yang belum pernah dilewati, konon Jatinom macet. Kami lewat daerah penambangan pasir, alhamdulillah dapet pengalaman baru lagi.

Sampai Jogja dan langsung teler. Cape yang menumpuk langsung cair ketemu kasur. Gambar di bawah adalah pemanis, es krimnya pake buah naga dan manis maksudnya hehe. Terbaek dari Pakualaman

Di Jogja, kami nonton bareng film Agak Laen yang lucuuuuuuuu bangeeeeeeet. Kemudian besoknya ke Pantai Sadranan, main di pantai 4-5 jam sampai muka saya sunburn haha. Retribusi pantai di Gunung Kidul sekarang 15k/orang. Kami berlima tapi dianggap 4 saja yang bayar, karena ada 2 anak di dalam rombongan kami (dianggap 1 dewasa).

Baru tau juga kalau ada snorkeling di Pantai Sadranan. Biaya sewanya 25k (pelampung dan snorkel+kacamata). Sewa saungnya 30k sepuasnya, meskipun tulisannya 30k/2jam.

Pas pulang, mampir Bakmi Pak Noto di Wonosari. @16k enak. Pulang sampe rumah dan bobo.

Singkat cerita, waktu pulang kami juga menyusuri jalan non-tol dari Jogja sampai Pekalongan. Setelah itu masuk tol karena saya sempat ngedrop kondisi badannya.

Slow banget, berangkat jam 10.00 dari Jogja, sampai Bogor jam 24.00. 14jam.

Apakah lebih hemat? Tidak. Kalau dihitung-hitung bisa lebih hemat tol karena makan dan istirahat bisa diminimalisir serta tidak menginap. Tapi biaya tol bisa beralih ke banyak pengalaman yang menyenangkan untuk anak-anak. Dan juga menyenangkan untuk bapak-ibu-nya.

Makasih Pantura. Next Jalur Pansela. Bogor-Cianjur-Sindangbarang-Pangandaran-Kebumen-Srandakan-Gembira Loka.

Tak terasa usia saya sudah 30+, saatnya lebih kalem dan slow. Jalur-jalur nontol bisa jadi alat untuk sekolah kewolesan.

Bubur ayam di atas adalah comfort food kami di Bogor. Ada yang tau itu dimana tempatnya? Maaf ya keluarga kami bukan tipe influenser, kami suka makan di tempat-tempat yang bukan keramaian dan kalau enak gaselalu mengumumkannya ke publik. Masing-masing punya rejekinya, gaharus viral.

Bogor, 18 Februari 2024

Nihan Lanisy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *