Bajigurik, boso enggres.
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa dipanjatkan ke yang punya segalanya. Segera divert rasa sombong kita ke yang Maha Sombong, berhak og Beliau. Remah-remah semesta minggir dulu.
Melalui tulisan ini, saya sampaikan bahwa saya masih terus menulis di blog ini cuma yang dikurangi promosinya. Saya ndak jualan, cuma pingin berbagi aja. Kalau-kalau bermanfaat alhamdulillah, kalau jadi kesedihan atau mudharat saya minta maaf atas tulisan-tulisan ini.
Ada satu nasab yang harus saya sampaikan. Dari Rahmad Purnama ke Nihan Lanisy dan kemudian ke istri dan keturunannya, akhirnya kami nonton film Komang. Film yang saya kira awalnya biasa saja, jadi tak bisa biasa. Shoot indah, akting keren, cerita asik, tidak menye, lucu, dan ada kedekatan lokasi dengan leluhur-leluhurku. Dari Komang ini ternyata kemana-mana, salah satunya ke video ini.
Film ini jadi membuat penasaran mengulik Raim Laode, meskipun pada akhirnya kita tak bicara tokoh tapi apa yang dikatakan dan dilakukannya. Membuat kita banyak belajar.
Diusia saya yang nanggung ini, 30an, akhirnya mata saya makin minus. Sampai -11 sekarang, dan akan bertambah mungkin kedepannya, siapa yang tau. Mata saya makin rabun, tapi ada pengelihatan lain yang semakin jelas.
Jangan kira ini mata batin untuk lihat jin dan kehalusan makhluk lain. Ada mata yang bukan dua di dekat hidung yang tak perlu dipicingkan untuk merasakan sesuatu. Saya tak tau letaknya, mungkin di sekitar rongga jantung. Atau diatas ulu hati, atau dimanapun. Kita abstrakkan saja yang rasa-rasa ini.
Ada ambisi yang letup-letupnya berkurang saat ini. Ada cita-cita yang sengaja dikubur untuk menumbuhkan cita-cita lainnya. Ada kedamaian dari berdiam layak seorang pertapa. Dan ada pertanyaan yang jawabannya tak harus sekarang dan tak harus selama kita hidup.
4 hari di Jogja kemarin, sedikit belajar tentang ketukan hidup yang berbeda. Bukan benar-salah, tapi ada timbangan lain yang mencari keseimbangan bukan win-lose. Jikalau harga antam naik 2jt/gram, lalu kenapa? apa semua orang harus beli emas? Saat saham BBRI naik 10k, apakah semua orang harus jual-beli saham?
Bisakah hidup tidak win-lose, ini filosofi hidup. Jika kau tak mencuri, maka kau yang dicuri. Apakah ini yang mau dijalani? Jika kau memberi, maka kau akan diberi. Apakah salah jika memberi tapi tak berharap dapat apa-apa. Manusiakah kita?
Mata ini yang semakin jelas memandang ketidakjelasan dunia. Paradox, perbedaan dan pertentangan yang membuat dunia berputar justri terlihat semakin sejajar dan berguna daya. Energi yang rasanya hanya untuk pertapa dan pelatih nafas, jadi milik segala makhluk. Sakit adalah sehat yang tersembunyi dan kesedihan tak ada bedanya sama kebahagiaan.
Bayangkan ada 4 tembok mengelilingi kita, tembok tak bergerak tapi rasanya kita semakin sempit dari hari ke hari. Ada elemen rasa yang tumpul, secara logika semua tiada beda.
Beberapa orang shalawat untuk punya rumah besar dan mobil alphard, bagi saya ini non-sense. Terima saja yang didepan, tanpa harapan. Hidup yang penuh harap tak pernah diperjuangkan.
Sejauh ini ternyata saya adalah seorang pelawan dan pengeluh. Tapi, mata yang ini ternyata yang memberi gaya gesek untuk memperlambat semuanya. Semakin lambat semakin terlihat, sampai kalimat ini saya tulis masih ada 1 hal yang ingin saya jelaskan tapi belum nemu dalam bahasa manusianya.
Pada akhirnya, tiada hari libur ternyata di hidup ini. Libur hidup adalah mati. Dan satu lagi, keluarga adalah pembibitan. Semoga keluarga kita semua, baik buruknya, dikedepannya penuh berkah dan rahmatNya.
Pondok Cabe, 22 April 2025
Nihan Lanisy
Leave a Reply