November mungkin adalah bulan paling penuh beban kerja. Bagiku. Karena kalau diliat di to-do list atau calendar, ada banyak perjalanan yang harus ditempuh dan banyak tetek bengek yang harus diselesaikan.
Ketika terlalu banyak tumpukan beban kerja di saat yang bersamaan, biasanya tubuhku punya respon malah tidak mau bekerja. Sebab bingung mau mengerjakan yang mana. Aku kira ini dulu suatu hal yang salah, namun semakin aku mencoba mengenal diriku, yang merupakan ciptaanNya ini, ternyata waktu jeda dan malas itu punya banyak manfaat. Saya memang harus melewati masa tiduran saja, malas ketemu pekerjaan, untuk menemukan momentum kebaruan yang tiba-tiba penuh energi, entah dari mana, ya tentu dari Dia.
Dalam 3 hari terakhir, aku menyelesaikan beberapa pekerjaan yang membingungkan. Jadi dosen emang remuk banget menurutku, jobdesknya super gajelas dan serba saling tindih tiap deadlinenya. Kadang yang kasihan korbannya mahasiswa, jadi kurang diperhatikan kelasnya. Maaf ya kalau ada mahasiswaku yang melihat tulisan ini. Semua nilai sudah saya setor kemarin 2 jam di bis menuju kantor, remuk ga tuh. Jam kerja mulai jam 8 tapi saya jam 6 udah kerja, di bis pula. Ini bukan keren, jam kerja harusnya di jam kerja #sikap.
Semisal, kebingungan page numbering di word. Ini nyata lho, hal-hal teknis kecil dan simple ini ternyata bikin pikiran terbebani. Ada halaman yang portrait terus berubah landscape terus berubah portrait lagi. Nomer halaman dari 74 ke nomer 1 lagi, gara-gara ganti landscape orientasinya. Repotnya, dibawah ganti lagi jadi 81, gara-gara jadi portrait lagi. Duh, ini tugas layouter. Dan kebetulan aku ternyata adalah dosen, ya tim publikasi, ya tim edit, ya tim layout. Kalau di organisasi yang wellorganized, tentu tiap tim ini akan dibedakan orangnya. Karena kalau tumpang tinding dan yang mengerjakan orang yang tak mampu, akan tidak maksimal kerjaannya. Tapi itu dunia utopis dan mimpi. Aku bangga tinggal di Indonesia yang sistem kerjanya menuntut kita harus bisa semuanya. Apa salahnya belajar, ya to? Tapi pas prosesnya emang sering sambil ngeluh sih, belajar ngeluh sambil tetep kerja hehe.
Pagi ini, page numbering itu selesai dengan eksprerimentasi. Penelitian tentang page numbering aku lakukan pagi ini, dengan hasil yang bisa didiseminasikan. Tapi sayangnya gabisa masuk KUM atau kredit dosen hihi.
Terus kemarin siang, aku ada undangan seminar hasil penelitian. Lha gimana mau diseminarkan, wong hasilnya gaada. Jadi saya bikin PPT pagi jam 7, jam 10 presentasi. Presentasi cuma 1 menit karena cuma mau bilang “penelitian saya belum selesai, dana sudah terserap aman, draf artikel belum ada”. Done. Gara-gara kebingungan ini. malam sebelumnya saya merasa tertekan. Tapi lagi-lagi, semua hal buruk itu saya hikmahkan saja. Bahwasannya in the end tak ada tekanan dalam hidup, hanya kita saja yang merasa ada tekanan. Dan ini menyadarkan diri bahwa jangan pernah jadi orang yang suka menekan orang lain. Apalagi kemarin habis dioleh-olehin cerita kisah MCU disuatu tempat yang hampir semua karyawannya terindikasi gejala depresi, serem kan kerja ditempat yang penuh tekanan hihi. Makanya kita jangan menekan, kalau orang lain menekan silahkan tapi kita bypass saja ke Gusti Allah karena beliau adalah Sang Maha Penekan dan Sang Maha Melosskan.
Solusi termudahnya adalah melepaskan diri dari WA dan Email. Tapi di jaman digital ini sesungguhnya tidak mungkin, karena itu alat yang mempermudah komunikasi kita. Ya sesekali bolehlah, tidak dibuka-buka itu hape sama sekali. Untuk menjaga kewarasan kita. Tapi realita adalah saat kita tak melarikan diri darinya dan menghadapinya walaupun sebelumnya kita penuh khawatir, rasa enggan, rasa lelah, dan sebagainya.
Hidup sekedar cuma untuk dihadapi, dengan segala ketidaksempurnaannya. Lihatlah matahari, besok pagi masih tetap menerangi meski indah malam di puja-puja dan panas siang di hina-hina.
Hari ini aku sakit. Itu bagus, tubuhku minta haknya untuk istirahat. Semoga tulisan ini bermanfaat, aku tau beberapa dari yang membaca ini mungkin juga lagi suntuk dan lelah. Tapi untuk jadi bermanfaat, tentu akan lelah namun semuanya akan indah pada waktunya. Nanti, bukan sekarang.
Bogor, 21 November 2023
Nihan Lanisy
Leave a Reply