Uyah, Temanku

Garam, selain dijadikan bumbu masak, adalah sebuah bahan yang digunakan juga untuk mandi (dicemplungkan ke ember) dan dimasukan ke ember untuk menerima energi-energi negatif atau penyakit. Setidaknya itu yang aku tangkap saat Bapak dulu mempraktikan prana.

Lalu, garam-garam bertaburan di lantai secara tiba-tiba, juga sempat seliwer aku dengar dari seorang saudara. Terakhir, rambut temanku bersimbah garam di Bali kemarin.

Ada suatu momen sedih dalam hidupku, yang sembuhnya terasa di pinggir calon garam yang lebar: Air-Air di Pantai Wediombo.

Garam, sampai ada ada yang menuliskan bukunya, judulnya Salt oleh Mark Kurlansky. Baca deh, seru.

Kalau dipikir-pikir, garam sering di kambinghitamkan dan sapiputihkan pada beberapa penyakit yang jamak hadir di masyarakat. Tentu iya, kalau lihat para pedagang yang makanannya enak-enak, sepengelihatan saya, wani dalam menggarami dan mengajinomotoi.

Uyah adalah temanku. Dalam sadar maupun tidur. Garam dalam tubuh, garam di pedagang, garam dimanapun. Semoga pelan-pelan pengetahuan tentang garam senantiasa hadir dan mengobati rasa ingin tahuku. Walau kadang aku tak ingin tahu, hanya ingin tempe saja.

Garam, Air, Dupa, apa lagi …..

Selamat Berkorban.

Bogor, 28 Juni 2023

nihan lanisy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *