Pagi di Mila

Di buku Psychology of Money, dijelaskan bahwa uang itu lebih ke psikologis daripada matematis. Jiwa raga adalah satu kesatuan, namun pada hari-hari yang dilewatinya kadang jiwa seperti terlupa untuk dimandikan.

Semenjak punya gaji, preferensi saya tampak bergeser. Beli bensin jadi pertamax, beli barang yang agak mahal tapi awet, dst. Bukan maksudnya sombong ya, cuma mau cerita. Bersyukur punya istri yang masih jadi pengingatku. Untuk berhemat, beli barang sewajarnya dan semurah mungkin kalau bisa. Fungsional, bukan lainnya.

Overall, masih banyak yang tak bisa berubah. Aku berterimakasih pada didikan sederhana keluargaku, organisasi kepecintaan alam di SMA dan kampusku, dan dunia kesenian yang dekat dengan lapar. Gen yang dibawa adalah sederhana, fungsional, seadanya, tidak peduli kata orang, dan bukan pamer. Semoga gen ini turun. Dan kita semua bisa jadi leluhur yang luhur dan mewariskan nilai-nilai baik saja. Kadang lupa kalau besok-besok tugas kita jadi leluhur.

Sesekali berkompromi dengan dunia yang makan 50ribu/makan its okay, tapi yang penting itu bukan diriku yang nyata. Mengutip dari perkataan sobat di Bali, “sampai kapan kamu mau berbohong, Jon?” Hehe.

Sedikit menyamar untuk bisa diterima dunia ini. Apakah salah?

Semoga penulis bisa jadi manfaat. Minimal mengobrak-abrik tataran filosofi dan pikir pembaca sekalian hihi #iseng. Kadang menjadi diri sendiri tidak perlu, hanya mau jadi air sungai yang mengalir menuju empuNya dan angin yang tak punya kuasa.

Bogor, 24 Juni 2023

Nihan Lanisy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *