Hujan Empati

Pagi ini, kuterbangun seiring hujan. Yang dari semalam tak henti mengutuki perihal timur tengah yang tak hentinya penuh kekerasan sejak jaman yang dikisahkan. Ataukau kekerasan adalah fitur terbaik manusia, dalam upayanya mencari kenyamanan..

Terlalu jauh jika harus membahas berita rudal, nuklir, presiden, dan makro. Kita masuk ke ranah mikro, dalam kaitannya untuk menjadi pribadi yang ingin bisa menjelma prigoodi.

Sedikit refleksi, yang bukan pijat kaki, menjadi pengajar sepertiku memberi kesempatan untuk berempati. Kami dipaksa mengajar, meneliti, memberdayakan masyarakat, dan menunjang-nunjang. Keterpaksaan itu membuat kami, entah saya mewakili siapa disini, bisa terbangun di tempat selain hangatnya rumah sendiri dan memiliki jadwal kerja yang beberapa kali tak rutin. Seperti pagi ini, saatku terbangun dengan kaki kedinginan dan suara sungai yang bising tapi menenangkan dan disambut buku Catatan Pinggir di rak rumah orang..

Pagi ini, jam 5.30, mestinya saya sudah siap-siap untuk memastikan tak ketinggalan bus yang membawaku ke tempat ibadahku, kerja adalah ibadah. Namun, 5.30 ini, aku masih duduk, tak bisa kemana-mana sebab hujan deras. Serta ada janji temu dengan teman-teman yang akan menjalani workshop bersama untuk tetek bengek dunia.

Mungkin kuncinya adalah bisa keluar sesekali dari rutinitas. Dan memberi tanah subur untuk empati dan ruang bagi diri untuk berhenti dari putaran yang sama. Mengambil bijak dari gelombang laut, semua terasa sepadan tapi tak ada yang serupa.

Terimakasih atas kesempatannya Tuhan, diperjalankan kemana-mana tempat bisa memupuk empati. Sehingga diri ini bisa jadi tak punya ruang untuk berbangga, pasalnya senantiasa ditumbuk dengan beda dan kenyataan. Hidup dalam dunia imaji, mimpi, dan logika yang tak bersandar pada kehidupan yang tergelar bisa menumpulkan satuti, duati, tigati, hingga empati.

Muncullah matahari dan izinkan kusudahi renunganku. Socrates mengajak orang bingung bersama, kita tetap berhak tak berpikir sebab hujan terlalu deras untuk dilukai.

Ciwaluh, 18 Juni 2025

Nihan Lanisy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *